Jakarta - Banjir merupakan bencana alam yang umum terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Tak terkecuali dihadapi oleh Ibu Kota Jakarta. Bencana banjir Jakarta menjadi mimpi buruk bagi warga karena mematikan aktivitas sehari-hari, bahkan sering menelan korban jiwa. Lantas, kapan saja banjir terparah yang pernah melanda wilayah Jakarta?Banjir Terparah di Jakarta Sepanjang SejarahBencana banjir disebabkan oleh faktor alam seperti curah hujan. Di samping itu, banjir juga bisa terjadi karena ulah umat manusia. Restu Gunawan dalam buku bertajuk "Gagalnya Sistem Kanal Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa" menuliskan sejarah banjir dahsyat di Jakarta yang bermula pada 1918. Berikut ini banjir di Jakarta yang terparah sepanjang Banjir Besar Jakarta Pada Awal Tahun 2020Banjir terparah sepanjang sejarah paling baru menerjang Jakarta saat pergantian tahun 2019 ke 2020. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG mencatat, curah hujan ekstrem yang mencapai 377 milimeter mm ialah penyebab utama terjadinya banjir. Angka tersebut menjadi rekor curah hujan tertinggi yang menerpa wilayah Jabodetabek. Akibatnya, sejumlah pemukiman warga dan ruas jalan terendam banjir pada Rabu, 1 Januari buku "Gagalnya Sistem Kanal Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa", tercatat 24 korban meninggal dunia karena hanyut, cedera, hingga tersengat kabel listrik. Ada lebih dari 31 ribu warga mengungsi dan 724 wilayah terdampak pemadaman listrik. Di sejumlah titik, arus lalu lintas pun tidak bisa beroperasi. Banyak kendaraan, baik mobil maupun motor yang terendam banjir, bahkan terseret arus Banjir Ekstrem Jakarta 2018Banjir Jakarta terparah selanjutnya terjadi pada 2018. Banjir ekstrem ini menerjang Kota Jakarta di puncak musim hujan pada 5-15 Februari 2018. Padahal, tingkat keparahan banjir di Jakarta periode 2016 hingga 2018 telah berkurang semenjak perbaikan sistem drainase dan resapan. Namun, banjir masih merendam sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta data BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jakarta, sekitar 53 RW dari 18 kelurahan di seluruh wilayah Jakarta tergenang banjir. Akibatnya, sekitar warga Jakarta terpaksa harus mengungsi. Selain itu, Kepala BPBD DKI, Jupan Royter, menyampaikan bahwa sepanjang 2018 sebanyak 46 kejadian banjir telah merendam pemukiman Banjir Bandang Jakarta Tahun 2015Banjir besar yang melanda DKI Jakarta sejak 9 Februari 2015 menambah deretan banjir terparah di Jakarta. Tercatat 38 kecamatan terendam banjir. Beberapa kawasan yang diterjang banjir terparah ini di antaranya Kelapa Gading, Mangga Dua, dan warga terdampak banjir dan lainnya mengungsi. Banjir menghentikan sebagian aktivitas warga dan menyebabkan terganggunya lalu lintas hingga KRL. Kerugian akibat banjir ini ditaksir mencapai Rp 1,5 Bencana Banjir Jakarta 2014Banjir terparah juga sempat terjadi pada 2014 silam. Banjir dahsyat ini menenggelamkan sejumlah kecamatan di DKI Jakarta. Pada saat itu, curah hujan mencapai 104 mm per hari. Berdasarkan data yang dihimpun BNPB, total jumlah orang yang tewas di provinsi DKI Jakarta mencapai 23 jiwa. Sebanyak warga terdampak banjir dan jiwa menetap sementara di 253 titik pengungsian. Banjir ini memakan kerugian materi hampir Rp 5 triliun. 5. Banjir Jakarta Tahun 2013 dengan Kerugian TerbesarPada awal 2013, tepatnya 15-21 Januari 2013, Jakarta diterjang musibah banjir besar. Bencana banjir ini diakibatkan oleh tingginya intensitas hujan yang mengguyur ibu kota sejak akhir Desember 2012. Hal itu diperparah lagi dengan sistem drainase yang buruk dan beberapa tanggul jebol. Sejumlah 20 warga dilaporkan meninggal dunia dan lainnya diungsikan. Kerugian yang ditaksir cukup fantastis, yakni mencapai Rp 20 Bencana Banjir Jakarta Tak Terduga Tahun 2007Iklan Banjir terparah yang melanda ibu kota selanjutnya yakni banjir pada 2007. Banjir periode ini diakibatkan hujan lebat yang disertai sistem drainase yang buruk. Bermula ketika hujan lebat mengguyur Jakarta selama dua hari sejak 1 Februari 2007 malam. Bencana ini menyebabkan 60 persen dari luas wilayah Jakarta tenggelam oleh air. Tragedi ini menelan korban sebanyak 80 jiwa hanya dalam kurun waktu 10 hari. Kerugian banjir tahun tersebut berkisar Rp 4,3 Banjir Jakarta Tahun 2002Salah satu banjir paling parah menerjang Kota Jakarta terjadi pada 2002, tepatnya sejak 27 Januari-1 Februari 2002. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam "Evaluasi dan Analisis Curah Hujan sebagai Faktor Penyebab Bencana Banjir Jakarta" menjabarkan banjir saat itu mencapai ketinggian 5 meter. Sebanyak 24,25 persen wilayah Jakarta, meliputi 42 kecamatan yang terdiri dari 168 kelurahan tergenang air. Tragedi tersebut memakan korban jiwa sebanyak 21 Banjir Jakarta Tahun 1996Banjir terbesar menenggelamkan Jakarta pada 1996, tepatnya pada 9-11 Februari 1996. Tergolong mengerikan, ketinggian air di beberapa kawasan mencapai 7 meter. Sedikitnya 20 orang tewas dan lainnya mengungsi. Selain itu, 529 rumah dilaporkan hanyut terbawa arus air. Kerugian materi akibat bencana banjir ini mencapai Rp 6 Banjir Jakarta Tahun 1979Sejumlah wilayah ibu kota pernah tenggelam akibat banjir bandang pada 1979, tepatnya tanggal 19-20 Januari 1979. Sebanyak warga harus mengungsi saat banjir tersebut menerjang Kota Jakarta. Sebanyak 20 orang dilaporkan hilang. Daerah Pondok Pinang tergenang air setinggi 2,5 meter. Di daerah tersebut tercatat ada 3 orang yang Banjir Jakarta di Era Penjajahan Tahun 1918Banjir terparah di Jakarta pertama kali terjadi pada 1918. Kala itu, Jakarta diguyur hujan selama 22 hari sejak Januari-Februari 1918. Pada 4 Februari, Weltevreden kini menjadi daerah sekitar Lapangan Banteng tergenang air banjir. Wilayah pemukiman Tanah Tinggi, Kampung Lima, Kemayoran Belakang, Glodok, dan daerah-daerah sekitarnya juga turut tenggelam. Saat itu, tinggi air mencapai 1,5 meter di beberapa tadi banjir terparah sepanjang masa yang menerjang kota Jakarta. Ternyata sebelum merdeka, Indonesia sudah dilanda banjir, ya. LALA DITA PANGESTUBaca juga Daftar Lokasi Banjir Jakarta Imbas Hujan Deras
Pembahasan Beberapa Waktu Yang Lalu Banjir Besar Melanda Jakarta Berdasarkan alur cerita pada tajuk rencana di atas, maka terdapat beberapa kalimat yang dapat dipandang sebagai fakta karena data yang disampaikan biasanya diperoleh dari pendataan langsung (berdasarkan laporan) dan sudah diperivikasi oleh pihak terkait.JAKARTA, - Hujan deras yang melanda Jakarta 14 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 1 hingga 2 Februari 2007, telah membuat sebagian besar wilayah Ibu Kota lumpuh. Berdasarkan buku panduan menghadapi banjir, yang dikeluarkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD DKI Jakarta akhir tahun lalu, diketahui bahwa kejadian tersebut merupakan peristiwa banjir terparah dalam dua dekade terakhir di Ibu area terdampak pada banjir Jakarta awal 2007 tersebut adalah 455 kilometer persegi, atau sekitar 70 persen dari total wilayah Ibu Kota. Bencana hidrologi tersebut juga mencatat korban jiwa terbanyak, yakni 48 orang tewas dan orang harus mengungsi dari tempat tinggal mereka yang terendam air. Baca juga Siaga Banjir Jakarta, BPBD Akan Sampaikan Peringatan Dini melalui SMS Blast Akibat banyaknya jiwa yang mengungsi, beberapa ruas jalan tol pun dibuka sebagai lokasi pengungsian mendadak, sebagaimana yang dilansir harian Kompas. Di antara ruas jalan tol yang digunakan adalah ruas Pluit-Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang sudah padat pengungsi pada 3 Februari hingga tak memungkinkan dilalui oleh kendaraan bermotor. Waktu pemulihan yang diperlukan sebelum aktivitas warga bisa dapat berlangsung normal kembali adalah 10 hari. Sebagai gambaran, banjir besar yang terjadi di Jakarta awal tahun 2020 lalu hanya merendam 156 km persegi wilayah Ibu Kota. Sebanyak 19 jiwa melayang, dan warga harus mengungsi ke tempat aman. Sedangkan waktu pemulihan yang dibutuhkan adalah empat hari. Baca juga Gugatan Ditolak, Korban Banjir Jakarta 2020 Ajukan Banding DOKUMENTASI BNPB Tampilan banjir Jakarta di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, dari helikopter yang mengangkut Kepala BNPB Doni Monardo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, saat mereka meninjau kondisi banjir terkini pada Rabu 1/1/2020. Curah hujan mencatat rekor tertinggi Berdasarkan arsip harian Kompas, curah hujan selama Januari-Februari 2007 begitu luar biasa. Puncaknya terjadi pada 2 Februari ketika stasiun curah hujan mencatat rekor tertinggi 339 milimeter per hari. Berbagai sektor dilaporkan lumpuh. Hampir gedung sekolah tidak bisa dipakai, yang mengakibatkan 40 persen sekolah dasar diliburkan hingga banjir surut. Ratusan anjungan tunai mandiri ATM terendam banjir, menyebabkan transaksi perbankan melorot 30 persen dari hari itu, jaringan telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam. Baca juga Siaga Banjir Jakarta, BPBD Siapkan Sejumlah Lokasi Pengungsian Genangan juga membuat 120 perjalanan kereta api batal. Akibatnya, PT Kereta Api Indonesia mengklaim kerugian sebesar Rp 800 juta. Selain mempengaruhi operasional kereta api, genangan juga menghambat mobilitas pengguna jalan karena sebanyak 29 ruas jalan dilaporkan terputus. Diperkirakan, 82 ribu meter persegi jalanan Ibu Kota rusak ringan hingga berat akibat banjir tersebut. Total biaya rehabilitasinya ditaksir tembus Rp 12 miliar. Baca juga Siaga Banjir Jakarta, Pemprov DKI Keruk Waduk hingga Bangun Sumur Resapan Epidemi mewabah Ribuan pengungsi dilaporkan jatuh sakit. Hingga Februari 2007 berakhir, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat pengungsi mengidap diare. Sebanyak jiwa terserang demam berdarah dengue DBD, 9 di antaranya meninggal dunia. Leptospirosis pun ikut menjangkiti para pengungsi. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospita interrogans ini disebarkan melalui urine hewan, seperti anjing dan tikus. Di antara gejala leptospirosis adalah mual, muntah, meriang, sakit kepala, nyeri otot, dan diare, seperti dilansir Alodokter. Hingga akhir Februari 2007, sebanyak 41 pengungsi diketahui menderita penyakit yang juga dikenal sebagai penyakit kencing tikus tersebut. Baca juga Cuaca Ekstrem Berpotensi Picu Banjir di Jakarta, Warga Diminta Waspada Penyebab banjir Berdasarkan laporan Kompas 3 Februari 2007, diketahui bahwa salah satu penyebab utama banjir di DKI Jakarta adalah buruknya kondisi jaringan drainase. Banyak saluran buangan air, yang sebagian besar merupakan warisan zaman Belanda, kondisinya tak terawat dan mampat oleh sampah buangan warga. Selain itu, jaringan utilitas bawah tanah yang melintang di sepanjang jalan juga menghambat jaringan drainase Ibu Kota. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.